Barulah saat memasuki daerah Taman Wir mulai mendapat hambatan, tiada lain adalah jalan rusak alias butut. Bla..bla..bla dengan sedikit menggerutu, Cipatujah, Sindang kerta dan akhirnya tiba juga saya di daerah Pamayang sari, sekali lagi dengan kondisi jalan "Belang Betong". Terus perjalanan sy lanjutkan, dan Wow... kondisi jalan ternyata semakin parah dari sebelumnya yang sy lewati, ditambah dengan pemandangan yang kurang sedap dipandang mata jika melirik ke arah kanan (pantai). Hampir sepanjang Pamayang sampai dengan SPBU Cikalong, kondisi jalan hancur. Kecepatan pun paling bisa sy pacu, maksimal di angka 30km/jam, itupun hanya sesekali saja. Barulah sy menemukan jalan “agak” bagus itu di sekitar jalan lurus setelah Cikalong (sy tidak tahu nama daerahnya), sampai melewati Desa Kolot dan Kalapa Genep.
Daerah Kalapa Genep habis, kembali jalan hancur yang saya dapatkan, hampir 11-12 dengan kondisi jalan Pamayang-Cikalong. Jalan hancur saya lalui melintasi daerah Karangtawulan, semakin jauh sampai Cimanuk bahkan sampai perbatasan Cimerak. Luar biasa menguras tenaga, puluhan kilo meter sy lalui dengan kondisi jalan hancur, dan lagi-lagi dengan pemandangan yang jauh dari memori dulu saat melintasinya tahun 2008. Sangat jarang terlihat keindahan pantai dengan pohon-pohon Katapang, kelapa, dsb di sebelah kanan sy. Yang ada hanya (you know lah) dan muara-muara baru dengan isian air yang entahlah bagaimana itu bisa terbentuk. Jarang sekali sy berpapasan mobil-mobil pribadi atau angkutan umum/bis yang dulu sering sy jumpai di daerah itu. Yang ada adalah puluhan dump Truck yang beberapa diantaranya sy salip atau berlawanan arah. Anda bisa bayangkan kalau posisi saya/anda saat itu adalah mengendarai mobil, sudah tidak ada pilihan jalan , dan sy perkirakan anda akan sibuk dengan berpindah-pindah dari gigi satu dan dua. Sy kemudian ingat, dulu tahun 2008 ada jalan dengan kontruksi beton di jalur ini dan akhirnya ketemu, tepatnya memasuki daerah Cimerak. Akhirnya memasuk daerah Cimerak, sy bisa bernafas lebih nikmat, adrenalin dan tingkat stress sepertinya menurun, dan tangan kanan sy sudah mulai stabil untuk tidak menaik-turunkan gas, sampai daerah Grand Canyon.
Luar biasa kembali sy rasakan saat melewati Grand Canyon, Cijulang, Nusawiru, Batu Hiu, Cikembulan menuju end point, Pangandaran, kondisi jalan kembali hancur. Sempat sy saksikan saat itu, ada bis yang bahkan terjebak tak jauh dari lokasi wisata Grand Canyon, karena schockbeaker-nya patah, mungkin tak kuat dengan medan jalan rusak bergelombang. Gila pikirku… Padahal setau saya lokasi wisata Grand Canyon dengan Cukang Taneuhnya dan Batu Karas dengan spot surfing-nya, selalu menjadi primadona bagi wisatawan. Terlebih biasanya wisatawan Pangandaran, diantaranya selalu berkunjung ke sini sebagai second place.
Akhirnya sy tiba di Pangandaran dengan selamat. Total jarak tempuh 120km sy lewati dari Karangnunggal menuju Pangandaran dengan waktu 4 jam, yang dulu tahun 2008 sy hanya butuh 2 jam untuk sampai di tujuan (tekor 2 jam), lelah rasanya. Belakangan sy ngobrol dengan orang setempat tentang kondisi jalan yang saya keluhkan, dan mereka juga sama mengeluh. Dikatakannya saat ini pengunjung enggan menuju Grand Canyon karena kondisi jalan rusak, bahkan beberapa trayek Bis menuju Cijulang-cimerak pun kini semakin sedikit, katanya.
Simple saja. Perlu diingat bahwa jalur yang sy lalui adalah jalur indah di Jabar Selatan. Sepanjang perjalanan dari Cipatujah menuju Pangandaran kita disuguhi lukisan alam indah dengan sisi kanan berupa hamparan pantai. Namun kini tak seindah dulu. Sy sebagai orang yang tumbuh di wilayah Selatan, sangat prihatin dengan kondisi yang ada saat ini, terlebih mereka-mereka yang di “atas” sudah sangat vokal menyuarakan pembangunan jalur Jabar Selatan (Pelabuhan Ratu-Pameungpeuk-Sancang-Cipatujah-Pangandaran). Tapi nyatanya tidak hanya kondisi jalan dan infrastruktur lainnya yang hancur, namun juga kondisi pantai yang saat ini sudah sangat jauh kata Lestari. Apa yang akan kita katakana kepada anak cucu kelak? Dan satu lagi untuk direnungkan bersama bahwa daerah kita, Tasik Selatan, saat ini sedang tumbuh berkembang. Harapan besar sy dan sy yakin ini menjadi harapan bersama, agar Tasik Selatan tidak seperti kondisi yang sudah sy ceritakan di atas, terutama dalam hal infrastruktur (jalan), karena sy rasa peran infrastruktur dalam hal pembangunan ekonomi daerah sangat besar pengaruhnya. You know lah kondisi saat ini seperti apa. Mau tidak mau harus ada solusi bersama untuk kepentingan bersama. Oya saran saya, anda yang ingin berkunjung ke Pangandaran, lebih baik menggunakan jalur Tasik-Ciamis-banjar saja, kecuali kalau anda ingin “wirid” (Tasbih, Tahmid,Takbir) sepanjang jalan di jalur Selatan, saking tercengangnya dengan realita yang ada :D
Salam M Ali Zainal